Fisiologi Tubuh Saat Mendaki
Gunung atau dengan kata lain Kondisi tubuh saat melakukan pendakian merupakan
suatu hal yang harus diketahui terlebih dahulu sebelum melakukan pendakiian,
agar hal-hal yang tidak diharapkan minim akan terjadi.
Mendaki Gunung adalah suatu
perjuangan, dimana perjuangan seorang atau sekelompok manusia melawan
ketinggian dan segala konsekuensinya. Dengan berubahnya ketinggian tempat, maka
kondisi lingkungan pun jelas akan berubah. Anasir lingkungan yang perubahannya
tampak jelas bila dikaitkan dengan ketinggian adalah suhu dan kandungan oksigen
udara. Semakin bertambah ketinggian maka suhu akan semakin turun dan kandungan
oksigen udara juga semakin berkurang.Fenomena alam seperti ini beserta
konsekuensinya terhadap keselamatan jiwa kita, itulah yang teramat penting kita
ketahui dalam mempelajari proses Fisiologi Tubuh Saat Mendaki Gunung. Banyak
kecelakaan terjadi di pegunungan akibat kurang pengetahuan, kurana pengalaman
dan kurang lengkapnya sarana penyelamat.
Beberapa hal dalam mengetahui
Fisiologi Tubuh Saat Mendaki Gunung, yang perlu diperhatikan dan tentunya
sangat dianjurkan untuk diaplikasikan, yakni :
Konsekuensi Penurunan Suhu
Manusia termasuk organisme berdarah panas (poikiloterm), dengan demikian
manusia memiliki suatu mekanisme thermoreguler untuk mempertahankan kondisi
suhu tubuh terhadap perubahan suhu lingkungannya. Namun suhu yang terlalu
ekstrim dapat membahayakan. Jika tubuh berada dalam kondisi suhu yang rendah,
maka tubuh akan terangsang untuk meningkatkan metabolisme untuk mempertahankan
suhu tubuh internal (mis : dengan menggigil). Untuk mengimbangi peningkatan
metabolisme kita perlu banyak makan, karena makanan yang kita makan itulah yang
menjadi sumber energi dan tenaga yang dihasilkan lewat oksidasi.
Konsekuensi Penurunan Jumlah
Oksigen Oksigen bagi tubuh organisme aerob adalah menjadi suatu konsumsi vital
untuk menjamin kelangsungan proses-proses biokimia dalam tubuh, konsumsi dalam
tubuh biasanya sangat erat hubungannya dengan jumlah sel darah merah dari konsentrasi
haemoglobin dalam darah. Semakin tinggi jumlah darah merah dan konsentrasi
Haemoglobin, maka kapasitas oksigen respirasi akan meningkat. Oleh karena itu
untuk mengatasi kekurangan oksigen di ketinggian, kita perlu mengadakan latihan
aerobic, karena disamping memperlancar peredaran darah, latihan ini juga
merangsang memacu sintesis sel-sel darah merah.
Kesegaran Jasmani Kesegaran
jasmani adalah syarat utama dalam pendakian. Komponen terpenting yang ditinjau
dari sudut faal olahraga adalah system kardiovaskulare dan
neuromusculare.Seorang pendaki gunung pada ketinggian tertentu akan mengalami
hal-hal yang kurang enak, yang disebabkan oleh hipoksea (kekurangan oksigen),
ini disebut penyakit gunung (mountain sickness). Kapasitas kerja fisik akan
menurun secara menyolokpada ketinggian 2000 meter, sementara kapasitas kerja
aerobic akan menurun (dengan membawa beban 15 Kg) dan juga derajat aklimasi
tubuh akan lambat.Mountain sickness ditandai dengan timbulnya gejala-gejala :
Merasakan sakit kepala atau pusing-pusing
Sukar atau tidak dapat tidur
Kehilangan control emosi atau
lekas marah
Bernafas agak berat/susah
Sering terjadi penyimpangan
interpretasi/keinginannya aneh-aneh, bersikap semaunya dan bisa mengarah
kepenyimpangan mental.
Biasanya terasa mual bahkan
kadang-kadang sampai muntah, bila ini terjadi maka orang ini harus segera
ditolong dengan memberi makanan/minuman untuk mencegah kekosongan perut.
Gejala-gejala ini biasanya akan
lebih parah di pagi hari, dan akan mencapai puncaknya pada hari kedua. Apabila
diantara peserta pendakian mengalami gejala ini, maka perlu secara dini
ditangani/diberi obat penenang atau dicegah untuk naik lebih tinggi. Bilamana
sudah terlanjur parah dengan emosi dan kelakuan yang aneh-aneh serta tidak
peduli lagi nasehat (keras kepala), maka jalan terbaik adalah membuatnya
pingsan.Pada ketinggian lebih dari 3000 m.dpl, hipoksea cerebral dapat
menyebabkan kemampuan untuk mengambil keputusan dan penalarannya menurun. Dapat
pula timbul rasa percaya diri yang keliru, pengurangan ketajaman penglihtan dan
gangguan pada koordinasi gerak lengan dan kaki. Pada ketinggian 5000 m,
hipoksea semakin nyata dan pada ketinggian 6000 m kesadarannya dapat hilang
sama sekali.
Program Aerobik Program/latihan
ini merupakan dasar yang perlu mendapatkan kapasitas fisik yang maksimum pada
daerah ketinggian. Kapasitas kerja fisik seseorang berkaitan dengan kelancaran
transportasi oksigen dalam tubuh selai respirasi.Kebiasaan melakukan latihan
aerobic secara teratur, dapat menambah kelancaran peredaran darah dalam tubuh,
memperbanyak jumlah pembuluh darah yang mrmasuki jaringan, memperbanyak
sintesis darah merah, menambah kandungan jumlah haemoglobin darah dan juga
menjaga optimalisasi kerja jantung. Dengan terpenuhinya hal-hal tersebut di
atas, maka mekanisme pengiriman oksigen melalui pembuluh darah ke sel-sel yang
membutuhkan lebih terjamin.Untuk persiapan/latihan aerobic ini biasanya harus
diintensifkan selama dua bulan sebelumnya. Latihan yang teratur ternyata juga
dapat meningkatkan kekuatan (endurance) dan kelenturan (fleksibility) otot,
peningkatan kepercayaan diri (mental), keteguhan hati serta kemauan yang keras.
Didalam latihan diusahakan denyut nadi mencapai 80% dari denyut nadi maksimal,
biasanya baru tercapai setelah lari selama 20 menit. Seorang yang dapat
dikatakan tinggi kesegaran aerobiknya apabila ia dapat menggunakan minimal
oksigen per menit per Kg berat badan. Yang tentunya disesuaikan dengan usia
latihan kekuatan juga digunakan untuk menjaga daya tahan yang maksimal, dan
gerakan yang luwes. Ini biasanya dengan latihan beban, Untuk baiknya dilakukan
aerobic 25-50 menit setiap harinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar